Dapatkan berbagai informasi tidak penting yang mungkin berguna untuk kehidupan yang penting

Saturday 16 August 2014

Virus-Virus Yang Lebih Berbahaya Dari Ebola

Ilustrasi: kompas
Virus Ebola menjadi salah satu perbincangan hangat di seluruh dunia, hal ini dikarenakan virus yang ditemukan di benua Afrika ini memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi, seputar virus ebola sudah kami bahas di sini. Tetapi tahukah bahwa ada virus-virus lain yang lebih berbahaya dibandingkan virus ebola sehingga kita semua juga patut mewaspadai dari serangan virus-virus tersebut. 

Virus Berbahaya Selain Ebola

Berikut ini adalah virus yang lebih berbahaya dari virus Ebola:
1. Rabies
Virus ini menyebar lewat air liur dan gigitan hewan yang terinfeksi rabies, seperti anjing, monyet, atau kelelawar. Mereka yang digigit hewan harus langsung menerima vaksin rabies untuk mencegah infeksi. Namun, tidak semua orang sadar bahwa mereka telah tergigit, khususnya oleh kelelawar.

Rabies juga memiliki tingkat kefatalan tertinggi dari virus lain. Di AS, hanya tiga orang yang dapat bertahan hidup tanpa menerima vaksin setelah diserang virus tersebut. Menurut WHO, tiap tahunnya hampir 55.000 orang tewas karena rabies di Afrika dan Asia.

2. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Autoimmune Deficiency Syndrome (AIDS)
Walau jumlah kematian karena HIV cenderung menurun beberapa tahun belakangan, pada tahun 2012, sebanyak 1,6 juta orang di seluruh dunia meninggal karena HIV dan AIDS.

Virus ini menyerang sel imun tubuh seseorang dan melemahkan sistem pertahanannya. Lama-kelamaan, penderita akan kesulitan untuk melawan penyakit-penyakit lain. Jika sudah sampai pada tahap AIDS, penyakit flu pun bisa membuat penderita meninggal dunia.

Sejak penyakit ini ditemukan pada 1981, AIDS telah membunuh 650.000 orang di Amerika, dan diperkirakan 36 juta orang di seluruh dunia. Meski hingga ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS, pemberian obat antiretroviral (ARV) bisa membuat penderita hidup lebih lama.

3. Influenza
Ya, flu memang tidak seseram dua virus sebelumnya. Akan tetapi, influenza membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya dibanding ebola. Jumlah persis korban yang meninggal memang masih dalam perdebatan, tetapi CDC menduga angka kematian karena flu musiman di AS adalah 3.000 hingga 49.000 jiwa per tahunnya.

Musim flu juga bervariasi mulai dari tingkat keparahan dan lamanya, tergantung jenis virusnya. Menurut CDC, wabah seperti influenza A (H3N2) membunuh dua kali lipat dibanding influenza A (H1N1) atau influenza B.

Patut diingat, influenza sangat menular. Diperkirakan 3 juta hingga 5 juta orang sakit parah setiap tahunnya karena influenza. WHO mencatat 250.000 sampai 500.000 kematian per tahun karena flu. Virus ini lebih banyak menyebabkan penyakit daripada membunuh. Meski demikian, para profesor dan dokter menyarankan imunisasi flu tahunan sebagai langkah pencegahan.

Vaksin flu memberi imunitas dari influenza A atau B, tetapi virus juga bisa mengalami mutasi dan menghasilkan tipe baru. Pandemi influenza terbaru adalah swine flu atau flu babi.

4. Virus dari nyamuk
Virus ini menyebar lewat gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. WHO dan CDC mencatat, penyakit seperti DBD, demam kuning, ataupun West Nile virus (WNV) telah membunuh 50.000 orang di seluruh dunia. Selain virus, parasit penyebab malaria juga membunuh 600.000 orang tiap tahun.

CDC memperingatkan bahwa 40 persen dari populasi dunia atau sekitar 2,5 juta orang terancam bahaya serius tertular penyakit dari nyamuk. Mereka juga mengklaim, penyakit DBD yang marak di Amerika Selatan, Meksiko, Afrika, Asia, termasuk Indonesia, telah membunuh 22.000 orang per tahun.

Penyakit DBD juga berpotensi menyebar antar-negara karena perpindahan manusia yang semakin mudah. Lain cerita dengan WNV, virus yang menyerang saraf ini disebarkan oleh nyamuk yang terinfeksi virus ini dari burung.

5. Rotavirus
Virus yang menyerang saluran pencernaan ini berakibat fatal pada anak-anak. CDC mengklaim, terdapat hampir 111 juta laporan gastroentritis tiap tahun dari seluruh dunia. Mayoritas dari penderita masih balita dan 82 persen kematian terjadi di negara berkembang.

Vaksin untuk rotavirus sudah ditemukan di AS pada 1998, tetapi ditarik kembali dari peredaran karena alasan keamanan. Barulah pada 2006, sebuah vaksin ditemukan dan direkomendasikan bagi anak-anak berusia dua bulan ke atas.

Meski kini beberapa jenis vaksin sudah dikembangkan untuk mencegah infeksi virus seperti DBD atau rotavirus, menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan keluarga wajib diperhatikan.

0 comments:

Post a Comment